Uji asumsi klasik adalah persyaratan  statistik yang harus dipenuhi pada
 analisis regresi linear berganda yang  berbasis ordinary least square 
(OLS). Jadi analisis regresi yang tidak  berdasarkan OLS tidak 
memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya  regresi logistik atau 
regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji  asumsi klasik harus 
dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji  multikolinearitas 
tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear  sederhana dan uji
 autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross  sectional.
Uji asumsi  klasik juga tidak perlu 
dilakukan untuk analisis regresi linear yang  bertujuan untuk menghitung
 nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai  return saham yang 
dihitung dengan market model, atau market adjusted  model. Perhitungan 
nilai return yang diharapkan dilakukan dengan  persamaan regresi, tetapi
 tidak perlu diuji asumsi klasik.
Setidaknya ada lima uji asumsi klasik,
  yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, 
 uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti  
tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat  
dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan  
analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak 
 memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut,  
dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang  
lain.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk melihat 
apakah nilai residual  terdistribusi normal atau tidak. Model regresi 
yang baik adalah memiliki  nilai residual yang terdistribusi normal. 
Jadi uji normalitas bukan  dilakukan pada masing-masing variabel tetapi 
pada nilai residualnya.  Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa
 uji normalitas dilakukan  pada masing-masing variabel. Hal ini tidak 
dilarang tetapi model  regresi memerlukan normalitas pada nilai 
residualnya bukan pada  masing-masing variabel penelitian.
Pengertian normal secara sederhana 
dapat dianalogikan dengan  sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang bodoh 
sekali dan pandai sekali  jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar 
berada pada kategori sedang  atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh 
semua, maka tidak normal, atau  sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika 
suatu kelas banyak yang pandai,  maka kelas tersebut tidak normal atau 
merupakan kelas unggulan.  Pengamatan data yang normal akan memberikan 
nilai ekstrim rendah dan  ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan 
mengumpul di tengah. Demikian  juga nilai rata-rata, modus dan median 
relatif dekat.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan 
uji  histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis
 atau  uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau 
paling  tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik 
sering  menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, 
sehingga  penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari 
keragu-raguan,  meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji 
statistik lebih  baik dari pada pengujian dengan metode grafik.
Jika residual tidak normal tetapi 
dekat  dengan nilai kritis (misalnya signifikansi Kolmogorov Smirnov 
sebesar  0,049), maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin 
memberikan  justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka
 dapat  dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data, 
melakukan  trimming data outliers atau menambah data observasi. 
Transformasi dapat  dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural, akar 
kuadrat, inverse,  atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva 
normalnya, apakah  condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau 
menyebar ke samping  kanan dan kiri.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah untuk 
melihat  ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel
 bebas  dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi 
yang tinggi  di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara 
variabel  bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Sebagai 
ilustrasi,  adalah model regresi dengan variabel bebasnya motivasi, 
kepemimpinan  dan kepuasan kerja dengan variabel terikatnya adalah 
kinerja. Logika  sederhananya adalah bahwa model tersebut untuk mencari 
pengaruh antara  motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap 
kinerja. Jadi tidak  boleh ada korelasi yang tinggi antara motivasi 
dengan kepemimpinan,  motivasi dengan kepuasan kerja atau antara 
kepemimpinan dengan kepuasan  kerja.
Alat statistik  yang sering 
dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah  dengan 
variance inflation factor (VIF), korelasi pearson antara  
variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan condition  
index (CI).
Beberapa  alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai  berikut:
1.    Mengganti  atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.
2. Menambah jumlah observasi.
2. Menambah jumlah observasi.
3.    Mentransformasikan data ke 
 dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk
  first difference delta.
4.    Dalam  tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang masih  jarang sekali digunakan.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah untuk  
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke  
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi  
persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu 
 pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut 
homoskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat  
dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED  
(nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik  
didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti  
mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar 
 kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji  
Glejser, uji Park atau uji White.
Beberapa alternatif solusi jika  model menyalahi asumsi 
heteroskedastisitas adalah dengan  mentransformasikan ke dalam bentuk 
logaritma, yang hanya dapat dilakukan  jika semua data bernilai positif.
 Atau dapat juga dilakukan dengan  membagi semua variabel dengan 
variabel yang mengalami gangguan  heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah untuk melihat 
 apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode 
sebelumnya  (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi 
adalah untuk  melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel 
terikat, jadi  tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data 
observasi  sebelumnya. Sebagai contoh adalah pengaruh antara tingkat 
inflasi  bulanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar. Data 
tingkat  inflasi pada bulan tertentu, katakanlah bulan Februari, akan 
dipengaruhi  oleh tingkat inflasi bulan Januari. Berarti terdapat 
gangguan  autokorelasi pada model tersebut. Contoh lain, pengeluaran 
rutin dalam  suatu rumah tangga. Ketika pada bulan Januari suatu 
keluarga  mengeluarkan belanja bulanan yang relatif tinggi, maka tanpa 
ada  pengaruh dari apapun, pengeluaran pada bulan Februari akan rendah.
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada 
data  time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data 
cross  section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel 
 dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada 
 penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih dari satu  
tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.
Beberapa uji statistik yang sering  
dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji dengan Run Test dan jika data
  observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan uji Lagrange  
Multiplier. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi  
adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah  
model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized  
difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan 
 variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel 
bebas,  sehingga data observasi menjadi berkurang 1.
5. Uji Linearitas
Uji Linearitas  dipergunakan untuk 
melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan  linear atau 
tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian,  karena 
biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa  hubungan 
antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear.  
Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan  
linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear,  
misalnya masalah elastisitas.
Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui  apakah 
linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk  
memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau  
tidak. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat  
linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai  
atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat  
menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier.
Bisa juga dilihat disini
Bisa juga dilihat disini
 
 
Makasih pak :)
BalasHapus